Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan mental dan menimbulkan perhatian siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam itu tidak saja harus dilakukan guru pada awal jam pelajaran tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Untuk menyiapkan mental siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari, guru dapat melakukan usaha-usaha dengan memberi acuan dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang telah dikuasai siswa dengan bahan baru yang akan dipelajari. Siswa yang mentalnya siap untuk belajar adalah mereka yang telah mengetahui tujuan pelajaran, mengetahui masalah-masalah pokok yang harus diperhatikan, mengetahui langkah-langkah kegiatan belajar yang akan dilakukan, dan mengetahui batas-batas tugas yang harus dikerjakan untuk menguasai pelajaran tersebut. Untuk menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari, guru dapat melakukan usaha-usaha menimbulkan rasa ingin tahu, bersikap hangat dan antusias, memvariasikan cara mengajarnya, menggunakan alat-alat bantu mengajar, memvariasikan pola interaksi dalam kelas, dan sebagainya. Siswa yang perhatian motivasinya telah timbul nampak asyik dalam melakukan tugas, semangat dan kualitas responnya tinggi, ada pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, dan cepat mereaksi terhadap saran-saran guru.
          Kegiatan membuka pelajaran tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti menertibkan siswa, mengisi daftar hadir, menyampaikan pengumuman, menyuruh menyiapkan alat-alat pelajaran dan buku-buku yang akan dipakai dan lain sebagainya yang tidak berhubungan dengan penyampaian materi pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran ada kaitannya langsung dengan penyampaian materi pelajaran.

Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk me-ngakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru antara lain adalah merangkum kembali atau menyuruh siswa membuat ringkasan dan mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran yang baru diberikan. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi juga pada akhir setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran juga tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti memberi tugas dirumah, tetapi kegiatan yang ada kegiatan langsung dengan penyampaian materi pelajaran.
Namun demikian, dalam pembelajaran guru sering tidak melakukan usaha membuka dan menutup pelajaran tersebut. Setelah melakukan tugas rutin seperti menenangkan kelas, mengisi daftar hadir, menyuruh siswa menyiapkan alat-alat pelajaran guru langsung saja masuk pada kegiatan inti pelajaran. Misalnya guru berkata: “Anak-anak hari ini pak guru akan mengenalkan macam-macam bangun ruang, bangun ruang adalah ...” Setelah pelajaran usai guru tidak melakukan usaha menutup pelajaran. Ia langsung berkata: “Anak-anak waktunya sudah habis, pelajaran ini kita lanjutkan besok. Selamat siang anak-anak. Selain itu, dalam inti pelajaran yang bermaksud mengajarkan macam-macam bangun ruang dengan sifat-sifatnya, guru menerangkan terus sampai selesai tanpa ada usaha merangkum ciri-ciri bangun ruang. Disamping itu, guru juga tidak melakukan kegiatan membuka pelajaran sebelum menerangkan pengertian bangun ruang. Prosedur mengajar demikian itu tidak memungkinkan mental siswa siap untuk menerima pelajaran dan perhatian siswa belum terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Sebagai akibatnya adalah siswa akan merasa bahwa pelajaran yang diterimanya membosankan, tidak bermakna baginya, sukar dipahami, dan mereka akan tidak berusaha keras untuk memahaminya.
Ada berbagai alasan mengapa guru tidak melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran antara lain karena lupa, tidak ada waktu, atau memang belum mempunyai keterampilan untuk melaksanakannya. Karena pentingnya fungsi membuka dan menutup pelajaran ini dalam pembelajaran, maka sangat perlu bagi setiap guru untuk memperoleh pengalaman serta latihan yang intensif dalam membuka dan menutup pelajaran.

Prinsip-prinsip penggunaan
Penggunaan keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam pembelajaran, mempunyai pengaruh positif terhadap proses dan hasil belajar. Pengaruh positif itu antara lain:
1.      Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas yang akan dikerjakan.
2.      Siswa mengetahui dengan pasti batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
3.      Siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari suatu mata pelajaran.
4.      Siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang masih asing baginya.
5.      Siswa dapat menggabungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa, serta
6.      Siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari pelajaran itu, Sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mengajar.

Sebagaimana keterampilan mengajar lainnya, ada prinsip-prinsip yang mendasari penggunaan komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran yang harus dipertimbangkan oleh guru. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut:
a.       Bermakna
Dalam usaha menarik perhatian atau memotivasi siswa guru hendaknya memilih cara yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran. Cara atau usaha yang sifatnya dicari-cari atau dibuat-buat hendaknya dihindarkan. Ceritera singkat atau lawakan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran mungkin sementara bisa memikat siswa tetapi akan gagal dalam mewujudkan kelangsungan penguasaan pelajaran
b.      Berurutan dan berkesinambungan
Aktivitas yang ditempuh oleh guru dalam memperkenalkan dan merangkum kembali pokok-pokok penting pelajaran hendaknya merupakan bagian dari kesatuan yang utuh. Dalam mewujudkan prinsip berurutan dan berkesinambungan ini perlu diusahakan suatu susunan yang tepat, berhubungan dengan minat siswa, ada kaitannya yang jelas antara satu bagian dengan bagian lainnya, atau ada kaitannya dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilki siswa.

Komponen-Komponen Keterampilan Membuka Pelajaran
Penerapan keterampilan membuka pelajaran pada awal suatu jam pelajaran atau pada setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran, guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran itu meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberikan acuan dan membuat kaitan. Tiap komponen terdiri dari beberapa kelompok aspek dan kegiatan yang saling berhubungan. Sebagai keterampilan maka sifatnya integratif dan ada beberapa komponen yang tumpang tindih. Komponen-komponen dan aspek-aspeknya menurut Abimanyu (1985) adalah sebagai berikut:
1.      Menarik perhatian siswa
Banyak cara yang dapat digunakan guru untuk menarik perhatian siswa, antara lain seperti berikut:
a.       Gaya mengajar guru.
Guru hendaknya memvariasikan gaya mengajarnya agar dapat menimbulkan perhatian siswa. Misalnya guru memilih posisi di kelas dan memilih kegiatan yang berbeda dari yang biasanya dia kerjakan dalam membuka pelajaran. Kali ini ia berdiri di tengah-tengah kelas sambil bertanya pada siswa tentang kegiatan siswa di rumah yang mungkin ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan. Pada kesempatan lain mungkin guru berdiri di belakang atau di muka kelas lalu bercerita dengan ekspresi wajah yang meyakinkan dan nada suara yang menunjukkan rasa bangga.
b.      Penggunaan alat bantu mengajar
Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti gambar, model, skema, dan sebagainya untuk menarik perhatian siswa. Alat-alat bantu mengajar selain dapat menarik perhatian siswa, dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan terjadi kaitan antara hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal baru yang akan dipelajari. Misalnya dalam mengajarkan simetri, guru membawa gambar-gambar kupu-kupu, orang, cecak. Kemudian menunjukkan bangun-bangun datar yang akan ditentukan sumbu simetrinya
c.       Pola interaksi yang bervariasi
Variasi pola interaksi guru siswa yang biasa, seperti guru menerangkan siswa mendengarkan, atau guru bertanya siswa menjawab, hanya dapat menimbulkan rangsangan permulaan saja. Siswa belum sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang akan dipelajari. Oleh karena itu, agar siswa dapat tertarik perhatiannya, guru hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi dalam menyelenggarakan pembelajaran. Seperti misalnya guru memberi perintah siswa mengerjakan perintah itu, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, guru atau siswa yang lainya menjawab pertanyaan itu, siswa berinteraksi dengan siswa lainnya dalam diskusi kelompok kecil (buzz-groups) atau dalam suatu eksperimen, guru mengemukakan masalah yang menarik ke seluruh kelas lalu siswa-siswa diminta mengemukakan pendapat mereka, atau guru menunnjukkan barang yang bisa ditonton seperti model-model yang ada manfaatnya lalu siswa diminta untuk melihatnya secara bergiliran baik secara kelompok atau sendiri-sendiri.

2.      Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan dari prosedur membuka pelajaran adalah memilih secara hati-hati hal-hal yang menjadi perhatian siswa. Hal-hal yang menjadi perhatian siswa itu hendaknya dapat digunakan untuk menimbulkan motivasi. Dengan adanya motivasi itu, pembelajaran menjadi dipermudah. Oleh karena itu, guru hendaknya melakukan berbagai cara untuk menimbulkan motivasi itu. Sedikitnya ada 4 (empat) cara untuk menimbulkan motivasi, yaitu:
a.       Dengan kehangatan dan keantusiasan.
Guru hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat, dan hangat. Sebab sikap yang demikian itu dapat menimbulkan faktor-faktor dari dalam yang mendorong tingkah laku dan kesenangan dalam mengerjakan tugas. Siswa akan timbul motivasinya untuk belajar.
b.      Dengan menimbulkan rasa ingin tahu
Guru dapat membangkitkan motivasi siswa dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu dan keheranan pada siswa. Misalnya ibu akan membunyikan jari ibu. Satu menit berikutnya ibu akan membunyikan lagi. Kemudian membunyikan lagi dua menit sesudah itu, lalu empat menit, delapan menit, enam belas menit dan seterusnya. Setiap kali ibu melipatduakan menitnya. Berapa kali ibu akan membunyikan jari tangan ibu selama satu jam. Cara-cara ini sangat baik untuk menimbulkan motivasi siswa.
c.       Mengemukakan ide yang bertentangan
Untuk menimbulkan motivasi siswa, guru dapat melontarkan ide-ide yang bertentangan dengan mengajukan masalah atau kondisi-kondisi dari kenyataan sehari-hari. Misalnya, guru mengajukan masalah sebagai berikut: “Balok merupakan bangun dimensi tiga yang mempunyai panjang, lebar dan tinggi, jadi balok termasuk bangun ruang. Kerucut tidak mempunyai panjang dan lebar tetapi masih termasuk bangun ruang. Mengapa?”
d.      Dengan memperhatikan minat siswa
Guru dapat menimbulkan motivasi siswa dengan cara menyesuaikan topik-topik pelajaran yang diminati siswa. Untuk memperhatikan minat siswa dalam pembelajaran matematika dapat diberikan contoh sebagai berikut. Meminta siswa membuat dugaan tentang ukuran suatu benda. Berapa kira-kira banyaknya air yang dapat dimasukkan dalam suatu drum sampai penuh. Atau contoh lain, berapa kilo berat uang logam sebanyak seratus rupiah. Contoh-contoh tersebut sangat menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran.

3.      Memberi acuan (structuring)
Memberi acuan diartikan sebagai usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi pelajaran. Untuk itu usaha dan cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah:
a.       Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas.
Guru hendaknya terlebih dahulu mengemukakan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, agar mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang ruang lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari serta tugas-tugas yang harus dikerjakan. Misalnya, guru pertama-tama berkata, hari ini kita akan belajar tentang pengumpulan data. Perhatikan alat peraga yang ibu bawa (timbangan dan meteran). Kumpulkanlah data berat dan tinggi badan teman-temanmu menggunakan alat peraga tesebut.
b.      Menyarankan langkah – langkah yang akan dilakukan
Pada permulaan atau pada saat-saat tertentu selama penyajian pelajaran, siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari materi pelajaran jika guru dapat memberi saran-saran tentang langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan. Misalnya, tugas kalian sekarang adalah membuktikan rumus volum kerucut dengan pendekatan volum tabung. Langkah yang harus kalian kerjakan adalah pertama memasukkan beras atau pasir ke dalam kerucut, lalu tuangkan beras tersebut ke dalam tabung, lakukan hal tersebut sampai tabung penuh. Kemudian buatlah kesimpulan dari kegiatan yang kalian lakukan.
c.       Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal positif dari sifat-sifat tentang sesuatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar, dan sebagainya. Di samping hal-hal positif, kemudian siswa perlu pula diingatkan untuk menemukan hal-hal yang negatif, yang hilang atau yang kurang lengkap. Misalnya guru berkata: Amatilah macam-macam model bangun datar segitiga ini, jelaskan mengapa ada yang disebut segitiga samakaki, segitiga samasisi, dan segitiga sembarang, serta ada yang bukan disebut model bangun datar segitiga.


d.      Mengajukan pertanyaan – pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru sebelum mulai menjelaskan materi pelajaran akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari. Misalnya, sebelum menjelaskan cara membagi dua pecahan, guru dapat mengajukan pertanyaan sebagai berikut, ibu mempunyai setengah loyang kue, kue tersebut akan dibagi dua sama besar dan akan diberikan pada kedua anaknya, berapa bagiankah kue yang diterima masing-masing anaknya? Dengan pertanyaan tersebut diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami cara membagi dua pecahan.

4.      Membuat kaitan
Jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru, guru perlu menghubungkannya dengan hal-hal yang telah dikenal siswa atau dengan pengalaman-pengalaman, minat, dan kebutuhan-kebutuhan siswa. Hal itulah yang disebut bahan pengait. Contoh usaha-usaha guru untuk membuat kaitan:
a.       Membuat kaitan antar aspek-aspek yang relevan dari bidang studi yang telah dikenal siswa. Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai seberapa jauh pelajaran yang diberikan sebelumnya telah dipahami. Caranya, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum isi materi pelajaran terdahulu secara singkat. Misalnya, sebelum mengajarkan pembagian dua pecahan, guru mengulang kembali bagaimana mengalikan bilangan pecahan.
b.      Guru membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui. Hal ini dilakukan jika bahan baru itu erat kaitannya dengan bahan pelajaran yang telah dikuasai. Misalnya, guru lebih dahulu mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan dan perkalian bilangan cacah sebelum mengajarkan pembagian bilangan cacah.
c.       Guru menjelaskan konsep atau pengertiannya lebih dahulu sebelum menyajikan bahan secara terperinci. Hal ini dilakukan karena bahan pelajaran yang akan dijelaskan sama sekali baru. Misalnya, untuk menjelaskan perkalian dua guru terlebih dahulu menjelaskan jumlah kaki unggas, seperti ayam, itik, burung, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.

Komponen-Komponen Keterampilan Menutup Pelajaran
Menjelang akhir dari suatu pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran. Hal ini harus dilakukan agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi pelajaran yang telah dipelajari. Menurut Abimanyu (1985) cara-cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran ini adalah sebagai berikut:
1.      Meninjau Kembali
Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan telah dikuasai siswa. Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti pelajaran itu, yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
a.         Merangkum inti pelajaran.
Pada dasarnya kegiatan merangkum inti pelajaran ini terdapat sepanjang proses pembelajaran. Misalnya, pada saat guru selesai menjelaskan ciri-ciri bangun ruang kubus, atau jika guru membuat kesimpulan secara lisan hasil diskusi yang ditugaskan pada siswa, setelah selesai sejumlah pertanyaan dijawab oleh siswa, pada saat menjelang pergantian topik bahasan, dan tentu saja pada saat pembelajaran akan diakhiri. Selain guru, siswa dapat juga diminta untuk membuat rangkuman secara lisan. Tetapi jika rangkuman yang dibuat oleh siswa itu salah atau kurang sempurna, guru harus membetulkan atau menyempurnakan rangkuman itu.

b.         Membuat ringkasan
Cara lain yang dapat ditempuh untuk memantapkan pokok-pokok materi yang diajarkan adalah membuat ringkasan. Selain manfaat tersebut, dengan ringkasan itu siswa yang tidak memiliki buku sumber atau siswa yang lambat belajar dapat mempelajarinya kembali. Pembuatan ringkasan itu dapat dilakukan oleh guru, dapat pula dilakukan oleh siswa secara perorangan atau kelompok, dan dapat pula dilakukan oleh guru dan siswa bersama-sama. Misalnya, setelah pelajaran statistika tentang pengumpulan dan pengolahan data selesai, siswa diminta membuat ringkasan cara mengolah data yang telah dikumpulkan siswa melalui percobaan. Hasil diskusi tersebut ditulis di kertas lebar dan menempelkannya di dinding atau di papan tulis serta mengemukakan hasil rumusan kelompok itu ke seluruh kelas untuk memperoleh tanggapan.

2.      Mengevaluasi
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah memperoleh wawasan yang utuh tentang suatu konsep yang diajarkan selama satu jam pelajaran atau sepenggal kegiatan tertentu adalah dengan penilaian. Untuk maksud tersebut guru dapat meminta siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan secara lisan atau mengerjakan tugas-tugas.
Bentuk-bentuk evaluasi itu secara terperinci adalah sebagai berikut:
a.       Mendemonstrasikan keterampilan.
Pada akhir satu penggal kegiatan siswa dapat diminta untuk mendemonstrasikan keterampilannya. Misalnya, setelah guru selesai menerangkan konsep matematika, guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis.
b.      Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Misalnya, setelah guru menerangkan penjumlahan dua pecahan lalu siswa disuruh menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan.
c.       Mengekspresikan pendapat siswa sendiri
Guru dapat meminta siswa untuk memberi komentar tentang keefektifan sesuatu demonstrasi yang dilakukan guru atau siswa-siswa lain. Misalnya, setelah permainan peran (role-playing) tentang aritmatika sosial dalam bahasan pengenalan mata uang selesai, lalu siswa diminta untuk mengemukakan pendapat dan perasaan mereka tentang peran yang dimainkan.
d.      Soal – soal tertulis
Guru dapat memberikan soal-soal tertulis untuk dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis itu dapat berbentuk uraian, tes objektif, atau melengkapi lembaran kerja.


Penerapan Keterampilan Membuka dan Menutup
Dalam menerapkan keterampilan membuka dan menutup pelajaran pada pembelajaran matematika, cobalah Anda ajak teman sejawat untuk melaksanakan simulasi. Sepuluh siswa sebagai murid, empat teman sejawat untuk mengobservasi dan satu orang sebagai guru. Dari prosedur yang dilakukan observasilah kegiatan tersebut dengan menggunakan lembar observasi keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Berikut ini contoh skenario membuka dan menutup pelajaran untuk pelajaran kelas 4.
Catatan:
1.      Untuk keperluan ini dipersiapkan model-model bangun ruang kubus dan balok, benda-benda kubus dan balok yang ada di lingkungan siswa, serta gambar-gambar model kubus dan balok (kotak pasta gigi, kotak korek api, dadu, kotak susu, kotak kue, dll)
2.      Usaha rutin guru seperti selamat pagi, mengabsen, mengatur tempat duduk, memeriksa alat-alat belajar, dan sebagainya tidak dicantumkan dalam naskah pembicaraan guru ini.
G: Anak-anak, hari ini kita akan melanjutkan pelajaran matematika. Perhatikan baik-baik benda-benda yang ibu bawa ini, coba sebutkan satu persatu nama benda ini! Ya, kamu Tuti!
T: Kotak pasta gigi, kotak korek api, dadu, kotak susu, kotak kue.
G: Ya, benar sekali jawabanmu Tuti. Benda-benda ini ada hubungannya dengan materi yang akan kita bahas hari ini. (Guru menuliskan topik di papan tulis). Dalam pembelajaran ini ibu mengharapkan kalian mengetahui hal-hal sebagai berikut: (guru mengucapkan lalu menulis di papan tulis)
Perbedaan bangun kubus dan bangun balok
Nah anak-anak marilah kita mulai membicarakan tentang ciri-ciri bangun kubus, dan bangun balok. Siapa yang mau mencoba menjelaskan mengapa bangun ini disebut kubus dan ini disebut balok? Ya, Tuti!
T: Balok panjang dan kubus pendek.
G: Siapa lagi yang ingin mencoba menjawab? (belum ada tanda-tanda siswa akan menjawab). Coba kalian bandingkan rusuk setiap kubus dan rusuk setiap balok. Bagaimana Ida?
I: Rusuk kubus lebih pendek dari rusuk balok
G: Marilah sekarang kita ukur panjang masing-masing rusuk setiap bangun ini. (Guru membagikan model-model bangun kubus dan balok perkelompok) Amati baik-baik bangun tersebut lalu ukurlah rusuk-rusuknya dan tuliskan dibuku hasil ukurannya. Untuk kegiatan ini ibu beri waktu 10 menit. Ada yang masih kurang jelas? (Siswa mengukur rusuk-rusuk kubus dan rusuk balok dengan mistar, guru berkeliling mengawasi dan memberi bantuan bila diperlukan)
Nah anak-anak, siapa yang igin mencoba melaporkan hasil pengukurannya? ... Heni.
H: Semua rusuk kubus sama panjang, sedangkan rusuk balok tidak.
G: Ya, betul. Siapa lagi yang ingin menambahkan menambah jawaban Heni? Nah anak-anak kalau kita lihat hasil pengukuran setiap kelompok, maka dapat kita simpulkan bahwa: keenam rusuk kubus sama panjang, sedangkan rusuk balok tidak sama panjang. Ada yang ingin bertanya?
S: Tidak bu, sudah jelas (hampir bersama-sama)
G: Nah anak-anak, kalian sudah mengetahui perbedaan rusuk kubus dan rusuk balok, sekarang coba anak-anak lihat bagaimana dengan masing-masing sisinya? Bandingkan lah semua sisinya, apa yang dapat kalian simpulkan?
H: Sisi kubus sama besar dan sisis balok tidak sama besar
G: Bagus sekali Heni.
Nah anak-anak, kalian sudah mengetahui beda kubus dan balok, siapa yang dapat menyimpulkan apa perbedaan kubus dan balok? ... Ani!
A: Kubus mempunyai rusuk dan sisi yang sama ukurannya, sedangkan balok tidak sama ukurannya.
G: Pintar sekali kamu Ani! Untuk memperdalam materi kita hari ini, coba kalian di rumah menuliskan bermacam jenis benda yang ada di rumahmu yang berbentuk kubus dan balok. 

Related Posts:

Mengembangkan Kurikulum Sekolah ke Lingkungan Alam Sekitar

Kurikulum sekolah meliputi segala sesuatu yang mungkin diajarkan kepada siswa sekolah. Untuk mengembangkan kurikulum, guru, siswa, orang tua murid, nara sumber, dan pakar-pakar pendidikan harus dilibatkan agar mempunyai komitmen yang sama, serta saling menunjang di dalam menentukan dasar-dasar acuan kurikulum sekolah. Di dalam penentuan dasar-dasar acuan kurikulum sekolah perlu pemikiran yang komperhensif serta kehati-hatian, dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti, kematangan siswa yang akan dilayani oleh kurikulum, keadaan sosial budaya, sikap mental masyarakat, serta dasar pengetahuan yang berguna bagi pengembangan sikap mental masyarakat yang melek sains dan teknologi, termasuk tujuan dan proses belajar alami anak.
Dasar acuan kurikulum yang dibuat dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, harus terliput di dalam perencanaan kurikulum sekolah, termasuk perencanaan yang dituangkan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakan oleh guru. Guru bertanggung jawab di dalam memberikan pengalaman belajar bagi anak didiknya, yang dapat membimbing mereka ke arah perubahan tingkah laku sebagai wujud pencapaian tujuan pendidikan. Guru mempunyai tugas untuk mendesain program yang dapat memfasilitasi terbentuknya pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi anak didik, paling tidak program tersebut harus dapat memberikan kesempatan untuk terjadinya kegiatan belajar yang lebih berarti bagi anak didik.
Sudah sejak lama, para pendidik mencari arti, makna dan signifikansi dari proses belajar itu sendiri. Sampai saat ini, masih banyak orang dan juga pendidik yang belum memahami kalau proses belajar itu pada hakekatnya merupakan respon terhadap faktor-faktor stimulus yang khas bagi setiap individu. Andaikan hal tersebut sudah dipahami oleh semua orang yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan, dan dituangkan ke dalam bentuk program pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik individu anak didik, maka kemungkinan dapat membuka jalan untuk terciptanya situasi belajar yang sesuai untuk pengembangan potensi anak didik. Sehingga, kegiatan belajar dengan sendirinya akan bisa dilaksanakan oleh anak didik.
Di dalam memilih metoda dan strategi mengajar, guru harus mempertimbangkan karakteristik populasi anak didik, agar sesuai dengan minat dan bakat mereka. Di antara faktor-faktor yang merupakan karakter populasi anak, antara lain adalah kemampuan bawaan, talenta, kapabilitas, kemampuan motorik, sikap, nilainilai, keterampilan, serta minat anak. Kesemuanya itu, merupakan aspek penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih “lingkungan” belajar yang sesuai bagi mereka.
Kegiatan belajar di dalam kelas, pada dasarnya adalah proses belajar dalam lingkungan yang sempit, dengan segala keterbatasannya, terutama yang berkaitan dengan penggunaan media dan bahan pembelajaran. Dengan kata lain, proses pembelajaran yang terbatas hanya dilakukan di dalam ruangan kelas saja, cenderung mengkebiri keterlibatan pribadi anak di dalam proses pengembangan potensi metakognitifnya. Sebenarnya, yang sangat penting untuk diperhatikan guru di dalam proses belajar mengajar, adalah bagaimana mentransformasikan siswa dari sebagai
pengobservasi pasif menjadi partisipan aktif di dalam proses pembelajaran.
Dengan membawa anak didik belajar dari situasi biasa kepada dunia nyata akan lebih menarik minat, semangat, dan perhatian mereka, dibanding dengan hanya mencari akal-akalan ceritera, ceramah atau hal-hal yang sama seperti itu. Padahal, dari sejak usia dini, anak-anak telah dibanjiri dengan stimulus-stimulus dari dunia nyata.
Anak-anak memerlukan bimbingan dan tuntunan dalam upaya membantu mereka memilih arti dan mencocokannya dengan kegiatan fungsi sosialnya. Siswa memerlukan bantuan dalam memfokuskan struktur nilai-nilai yang konsisten yang diketahuinya, dengan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum. Di sinilah peran guru sangat penting untuk selalu menciptakan kegiatan pembelajaran yang positif yang dapat mendorong pengembangan sikap, mental, intelektual dan skill yang bermakna bagi kehidupan masyarakat dan sosial secara umum.
Alam nyata seharusnya dijadikan sebagai alat bantu pelajaran, dan hal ini merupakan salah satu pelajaran tentang “kehidupan nyata”. Alam nyata itu pada dasarnya berada di lingkungan alam sekitar, seperti halaman sekolah dan tempattempat di sekitarnya, manusia sumber, lingkungan sosial, serta segala bentuk hubungan antara semua hal tadi. Dalam rangka pemenuhan pengalaman dari lingkungan alam sekitar sekolah, sebaiknya direncanakan sebaik mungkin. Dan pengalaman dapat dijadikan sebagai pelengkap tujuan yang diekspresikan di dalam dasar-dasar kurikulum sekolah. Lebih jauh lagi, pengalaman yang diperolehnya tadi dapat memberi kelengkapan pengetahuan siswa tentang situasi lingkungan yang banyak memberikan arti dalam belajar yang dilakukannya.
Sekali teknik mengajar pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS) dapat dilaksanakan, maka dengan sendirinya lingkungan alam sekitar sekolah dapat dijadikan sebagai peluang untuk mengarahkan aktifitas siswa dalam konten serta proses-proses yang tidak pernah ada batasnya. Bentuk kegiatan siswa, dapat bermacam-macam, mulai dari eksplorasi terbuka pada suatu daerah tertentu, sampai pada proses belajar yang diarahkan kapada obyek yang lebih bersifat khusus. Hal ini, tidak terlepas dari kenyataan, bahwa siswa pada dasarnya telah dibekali pembawaan alami untuk selalu ingin tahu dan gemar untuk melakukan eksplorasi, seperti mencari jejak di hutan, meneliti kolam, sungai dan hal-hal lain yang memungkinkan untuk dieksplorasi.

A.    Guru Sebagai Pemimpin Kegiatan di lingkungan Alam Sekitar
Banyak teknik yang digunakan oleh guru di dalam proses belajar mengajar sehari-hari di dalam kelas yang dapat diadaptasikan dan cocok untuk digunakan di dalam kegiatan belajar di lingkungan alam sekitar. Guru tidak perlu pesimis dengan keterbatasan pengetahuan yang dipunyainya, dan sudah merupakan kewajiban guru untuk terus belajar apabila pengetahuannya belum cukup.
Guru yang mampu merubah atau mengarahkan pertanyaan-pertanyaan anak kembali kepada mereka, dapat mendorong anak-anak untuk meneliti kembali masalah-masalah yang ditanyakannya, mengujinya lebih teliti lagi, serta mengumpulkan lebih banyak data. Keadaan tersebut, secara tidak langsung dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya untuk mengobservasi. Dengan kegiatan di lingkungan alam sekitar, memungkinkan bagi seorang guru untuk mengajar dengan bermacam-macam cara. Tetapi perlu diingat, bahwa kegiatan belajar yang dilaksanakan di lingkungan alam sekitar sebaiknya tidak sepenuhnya disamakan sebagai “kegiatan bertamasya ke hutan atau ke kebun binatang”. Fungsi guru dapat dikembangkan lebih jauh lagi dari hanya sebagai petunjuk jalan atau pemberi tanda jalan seperti dalam kegiatan menjelajah. Karena di dalam kegiatan tersebut, bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan jawaban yang “benar”, tetapi yang paling penting adalah guru merangsang anak didik untuk mencoba dan melatih diri di dalam proses problem solving berdasarkan fakta-fakta yang mereka temukan selama kegiatan.
Dengan kata lain, misi utama guru adalah membimbing anak belajar tentang bagaimana cara belajar (learn how to learn). Maksudnya bahwa guru mungkin akan lebih banyak berfungsi sebagai partner siswa dalam belajar, dan samasama melakukan proses belajar sebagaimana halnya anak-anak.

B.     Aktifitas belajar di Lingkungan Alam Sekitar
Di dalam bagian pertama bahasan ini, tidak terlalu banyak membicarakan tentang aktifitas belajar anak secara rinci. Dalam rangka memberikan gambaran yang lengkap dari aktifitas-aktifitas yang ada hubungannya dengan kurikulum, pada bagian berikut ini, akan dirinci beberapa pemikiran pejabaran bahan pelajaran untuk kegiatan belajar di lingkungan alam sekitar dalam bentuk konten-konten dan topiktopik yang lebih spesifik. Sehingga, diharapkan guru mengerti dan memahami caracara kegiatan belajar di lingkungan alam sekitar yang memadukan pemikiranpemikiran dari topik-topik yang selama ini telah dikotak-kotakan, ke dalam sistem pelajaran terpadu yang semuanya bisa dilakukan di dalam kegiatan belajar di lingkungan alam sekitar.

1. Mengembangkan kepekaan Alat-alat Indera.
Meter persegi (M2) field trips. Halaman sekolah atau tempat-tempat perkemahan adalah tempat yang paling baik untuk membawa anak-anak dalam melakukan kegiatan investigasi meter persegi field trip. Anak-anak disuruh untuk menemukan lokasi yang disenanginya, biasanya dengan bermacam-macam atau beberapa macam investigasi dengan ciri-ciri yang unik. Dengan menggunakan tongkat meteran atau pita meteran, guru sebaiknya memberi tanda sebuah meter persegi di atas tanah. Siswa selanjutnya diberi jangka waktu tertentu untuk mengivestigasikan atau menemukan tempat tersebut. Mereka diinstruksikan untuk mencatat segala informasi atau data yang diperoleh dari tempat tersebut, misalnya macam-macam tumbuhan yang ada (rumput, semak-semak, pohon-pohonan, bungabungaan, dsb.), macam tanah (tanah pasir, liat, lempung, dsb.), macam hewan (semut, dan serangga lainnya), bau yang tercium, warna obyek-obyek yang diobservasi, jumlah tumbuhan yang ada, jumlah dan macam binatang yang ada, dan macam batuan yang ditemukan.
Setelah siswa-siswa melakukan aktivitas dengan penemuannya, mereka mungkin bisa membuat puisi tentang meter persegi tempat mereka observasinya itu, grafik jumlah data yang dikumpulkan, atau melakukan penelitian sederhana dalam rangka mencari nama tumbuhan dan binatang yang ditemukan di dalam meter persegi itu.
Mereka mungkin menggunakan model skala tempat itu dengan menggunakan simbol - simbol untuk menunjukan penghuni tempat itu. Keterangan tentang simbol-simbol itu bisa mereka siapkan pada bagian bawah peta yang mereka buat.

2. Peran Guru Di dalam Kegiatan
Guru diperlukan untuk memperkenalkan kegiatan dan menjelaskan latar belakang anak anak mengerjakan kegiatan-kegiatan itu. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sebaiknya berupa unit-unit pelajaran, hal itu bisa dihubungkan dengan konsep-konsep eksplorasi. Atau hal itu, hanya merupakan latihan untuk mengembangkan kemampuan mengobservasi, pengumpulan data, saling melengkapi informasi. Guru diperlukan untuk menentukan perubahan tingkah laku yang diharapkan, dan mendorong minat anak untuk belajar. Untuk mendorong minat anak dalam kegiatan eksplorasi habitat kecil, misal: guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini: Ramalkan apa yang mungkin akan ditemukan? Apakah data hasil observasi kamu akan sama untuk setiap meter persegi yang kamu teliti? Marilah kita lihat berapa banyak perbedaan data yang dapat ditemukan dalam kelompokkelompok kita?.
Guru harus dapat memastikan bahwa setiap anak sudah dipersiapkan untuk melakukan aktifitas, misalnya sepatu, jas hujan apabila musim hujan, dan lain-lain. Semua perlengkapan yang menunjang kegiatan, harus dipersiapkan secara matang dan lengkap agar mereka sukses di dalam melakukan kegiatan.
Guru merupakan fasilitator di dalam kegiatan belajar anak-anak. Siswa adalah pelajar yang siap untuk belajar. Cara belajar yang mengajak anak kepada suatu proses penemuan sesuatu yang baru dan menyenangkan, merupakan jalan menuju kepada kesuksesan proses belajar mengajar.

a. Berburu huruf ABC.
Berburu huruf merupakan perpaduan keterampilan mengobservasi yang difokuskan kepada hal yang sudah tidak asing lagi bagi anak. Dengan keterampilan berbahasa, mengeja, dan menggunakan kata-kata, siswa mungkin bisa bekerja sendiri-sendiri atau kelompok untuk kegiatan ini. Mereka disuruh untuk menuliskan huruf-huruf alphabet pada sehelai kertas. Untuk setiap huruf, mereka disuruh untuk mencoba menemukan benda-benda dari alam yang berhubungan, dan menulis nama objeknya disebelah huruf-huruf abjad tadi misalnya:
A. .........Ayam, anjing, anoa, angsa,
B. .........Batu, botol, besi
C. .........Cacing, cecak, camar
D. .........Daun, dahan, dll
E. ..........Elang, dan lain-lain
Apabila anak memasukan benda-benda yang bukan bagian dari lingkungan, misalnya botol, itu diperbolehkan untuk digunakan di dalam diskusi berikutnya.
Diskusi sebaiknya diarahkan kepada masalah tentang “bagaimana kualitas keindahan lingkungan dipengaruhi oleh buangan sampah sisa, seperti : kaleng, plastik, dan botol”. Oleh sebab itu, meningkatkan kesensitifan terhadap lingkungan sebaiknya merupakan isu utama.

b. Lintas alam dan melatih alat indera,
Perjalanan lintas alam dalam rangka melatih kepekaan alat-alat indera bisa dilakukan dengan beberapa cara yang berbeda, dan mungkin bisa dilakukan di beberapa tempat yang berbeda pula. Dasar pemikiran dilakukannya kegiatan ini, adalah memfokuskan siswa kepada persepsi sensoris seperti : pendengaran, penglihatan, perabaan, dan penciuman (mencicipi dengan lidah tidak diperkenankan di dalam kegiatan ini). Siswa sebaiknya berdiri atau duduk, dan diam di tempat sambil ditutup ke dua matanya dengan kain atau sapu tangan, atau bisa juga anakanak disuruh untuk memejamkan matanya. Hal ini dilakukan karena “apabila salah satu indera dihalangi fungsinya akan menguatkan fungsi dan kepekaan indera lainnya”.
Kegiatan ini akan membantu anak didik untuk bisa menemukan banyaknya perbedaan suara yang dapat mereka dengar. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa di dalam kegiatan tadi sebenarnya tidak terlalu penting untuk mengidentifikasi masing-masing suara tersebut, yang penting anak dapat membuat deskripsi umum dari suara-suara itu. Misalnya, suara kicauan burung saja sudah cukup tetapi selanjutnya anak-anak mungkin ingin mencoba untuk menyelidiki burung-burung apa yang ada di daerah itu melalui kegiatan lebih lanjut. Ide kunci dari kegiatan ini adalah anak-anak dapat mengenali bermacam-macam suara. Suara mana yang paling kamu senangi? Suara mana yang paling tidak kamu senangi? Bagaimana kamu bisa membedakan suara dan bunyi? Untuk mengetes rabaan dapat dilakukan anak-anak dengan cara berjalan dengan mata tertutup. Anak-anak dapat dibagi atas dua kelompok, setiap anak yang memakai penutup mata, dibimbing atau dituntun oleh siswa yang tidak ditutup matanya. Setiap orang dibimbing kesalah satu obyek atau tempat, untuk selanjutnya diberi waktu untuk mengeksplorasinya. Contoh, anak yang ditutup matanya dibimbing ke sebatang pohon, dan disuruh membau, meraba, dan merasakan kulit luar pohon itu. Selanjutnya, dengan hati-hati dan teliti dia disuruh untuk mencari ciri-ciri lainnya seperti, besar batang, bentuk atau macam cabang, bentuk daun, dan anak disuruh untuk menerangkan atau mendeskripsikan tentang pohon tersebut sambil melakukan kegiatan eksplorasinya.
Kata-kata seperti kasar, halus, beralur, kasap, tidak rata, mungkin yang paling sering digunakan untuk menerangkan tentang kulit pohon. Teruskan kemungkinan kesempatan untuk mengembangkan perbendaharaan kata, sambil memberi kesempatan masing-masing anak didik untuk menginterpretasikan sesuatu yang kita berikan.
Setiap anak didik harus diberi kesempatan untuk menginvestigasi. Pendekatan eksploratory dapat digunakan terhadap obyek-obyek lain seperti, batuan, daundaunan, bangunan, tumbuhan dan hewan.
Masih banyak hal lain sering kita jumpai yang dapat digunakan khusus untuk mengembangkan kepekaan alat indera melalui pembelajaran di lingkungan alam sekitar, yaitu dalam hal kepekaan penciuman. Pernahkah kamu mencoba menggunakan indera pembau (hidung) sewaktu melakukan kegiatan lintas alam? Remaslah sehelai daun, ambilah sedikit tanah dari bawah daun yang sedikit membusuk, atau belahlah biji atau buah dan ciumlah baunya. Lebih banyak indera siswa dilibatkan tatkala melakukan eksplorasi di dalam kegiatan belajar di lingkungan alam sekitar, akan lebih luas pula persepsi yang dapat dikembangkannya.

c. Apa sebenarnya yang terjadi pada masing-masing contoh kegiatan di atas?
Di dalam kegiatan belajar seperti yang dicontohkan di atas, guru pada hakekatnya berperan sebagai fasilitator yang memberikan jalan kepada anak didik untuk belajar. Di sana terlihat, anak-anak menyadari dan mengembangkan kemampuannya untuk melakukan observasi. Dengan kata lain, proses belajar mengajar sebenarnya telah terjadi di dalam kegiatan di lingkungan alam sekitar tersebut, anak-anak berperan aktif di dalam proses pencarian informasi, sehingga memungkinkan mereka untuk memperoleh pengalaman langsung dari apa-apa yang mereka pelajari.
Hampir semua bidang pengajaran yang ada di dalam kurikulum dapat sepenuhnya dilaksanakan dengan baik melalui pengalaman belajar di laboratorium lingkungan alam sekitar. Implementasi kegiatan belajar tersebut, bisa dilaksanakan di halaman dan kebun sekolah atau tempat lain seperti tempat rekreasi yang letaknya tidak terlalu jauh dari lingkungan sekolah. Dengan kegiatan-kegiatan tadi, memungkinkan anak untuk memperoleh pengalaman belajar di lingkungan alam sekitar yang sesuai dengan kurikulum. Kegiatan-kegiatan tersebut akan lebih baik kalau diatur dan diorganisasikan dengan baik. Hal ini, erat kaitannya dengan pertimbangan efektivitas, efisiensi, serta keselamatan anak didik. Rencana kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar, umumnya ditentukan oleh guru. Perencanaan tersebut termasuk alokasi waktu yang tersedia, tempat yang digunakan, serta tujuan kegiatan yang akan di uji keberhasilannya.
Di dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar dapat diimplementasikan melalui kegiatan belajar terpadu untuk bidang-bidang pelajaran, seperti: IPA, Bahasa, Matematika, Seni (musik), Membaca, Menulis, IPS, Penjaskes, PMP, serta pendidikan Agama, dengan pendekatan problem solving dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

C.    Kesempatan Baik untuk Mengajar dengan PLAS
Walaupun untuk kegiatan belajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar sudah direncanakan dengan matang, kejadian-kejadian unik dan menyenangkan sering terjadi di luar bagian kegiatan yang telah direncanakan untuk hari itu. Misalnya, ketika sedang melakukan eksplorasi ke lingkungan di dekat kolam, secara tidak sengaja anak-anak atau guru melihat sekumpulan benda hitam di air kolam tersebut. Setelah diobservasi dengan teliti, ternyata kumpulan benda hitam itu menyerupai butiran-butiran dengan berudu atau anak katak di dalamnya. Guru dengan bijaksana menyuruh salah seorang anak untuk memindahkan sebagian dari telur katak tadi ke dalam toples, supaya semua anak dapat bergantian melihatnya. Tatkala telur-telur tersebut mulai menetas, anak-anak katak (berudu) tersebut akan berusaha keluar drai lendir yang mengurungnya dan akhirnya terlepas, bebas berenang di dalam air.
Setelah menyaksikan berudu-berudu kecil, anak dapat menyaksikan fenomena alam yang menyenangkan dan menarik perhatian, waktu menetasnya berudu-berudu tersebut dari telur katak. Dengan hati-hati pula, anak disuruh untuk mengembalikan berudu-berudu itu ke dalam habitat alamnya dan mengobservasi kelakuannya di alam bebas, sebelum kembali pada kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Drama di tepi kolam tadi merupakan suatu “kesempatan untuk mengajar”. Walaupun hal tersebut tidak direncanakan, keadaan tadi merupakan hari istimewa dan sangat mengesankan bagi anak-anak. Kesempatan untuk mengajar, mungkin juga akan terjadi tatkala anak-anak melakukan serangkaian kegiatan problem solving, mengembangkan rasa ingin tahu tentang daerah tempat mereka belajar. Misalnya, banyak anak-anak yang menggunakan kegiatan di alam sekitar, untuk memecahkan masalah matematika. Mereka sudah tidak asing lagi dengan kata “masalah” yang banyak ditemukan di dalam buku-buku pelajaran. Tetapi, di dalam kegiatan belajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar, mereka melakukan pemecahan masalah, mereka dapat melihat ruang dan jarak secara nyata. Kegiatan-kegiata yang direncanakan oleh guru, meliputi pengukuran luas daerah tertentu, mendeterminasi keliling suatu pohon, mengukur tinggi pohon, belajar menggunakan meteran dan pita meteran untuk mengukur besarnya lingkaran pangkal pohon. Pada saat anak-anak kembali ke tempat pertemuan untuk melakukan diskusi, mereka mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan: Saya ingin mengetahui berapa meter lebar sungai tersebut? Ke arah mana air sungai itu mengalir? Berapa kecepatan air sungai itu mengalir?
Di dalam beberapa menit, anak-anak akan berhadapan dengan serangkaian masalah baru yang saling berkaitan. Guru membantu siswa dalam mengembangkan teknik pemecahan masalah yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang sungai tadi.
Sering pengalaman-pengalaman baru timbul dari inkuiri anak-anak atau dari kejadian-kejadian yang tidak direncanakan sebelumnya, menjadi sesuatu yang tidak terlupakan. Kemunculan secara tiba-tiba hewan-hewan yang jarang ditemukan, atau kejadian-kejadian lain yang asing bagi anak-anak, merupakan hal penting dari sekian banyak fenomena sebagai “kesempatan untuk belajar bagi anak”.

a. Tema kegiatan yang berkaitan dengan musim.
Banyak kegiatan belajar yang dapat di bawa ke dalam pengembangan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dirancang berdasarkan bidang studi, proses, atau topik-topik yang berhubungan dengan kurikulum. Kegiatan belajar di lingkungan alam sekitar, bisa juga diorganisasikan berdasarkan musim (hujan dan kemarau). Pendekatan ini dapat digunakan dengan baik untuk mempelajari perubahan-perubahan di alam, dan perhatian anak-anak difokuskan kepada proses-proses terjadinya perubahan di alam tersebut.
Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan musim.
Belajar tentang musim dalam setahun :
·         Apa yang menyebabkan terjadinya musim?
·         Mengapa burung dan serangga pindah pada musim kemarau?
·         Bagaimana musim berubah? Dan mengapa terjadi perubahan musim?
·         Bagaimana binatang mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan musim (hujan dan Kemarau)?
Kegiatan yang perlu dilakukan:
·         Amati kelompok burung yang terbang untuk berpindah tempat! Catat data, seperti : tanggal
·         melakukan observasi, dan jumlah burung yang terbang untuk pindah tempat tersebut?
·         Catatlah temperatur udara setiap hari! Catatlah suhu terendah dan tertinggi setiap hari!
·         Catatlah waktu matahari terbit dan terbenam!
·         Lihat dan telitilah biji-bijian yang kamu temukan, klasifikasikan berdasarkan cara penyebarannya!
·         Kumpulkan jenis tumbuhan (terbatas kepada rumput yang banyak jumlahnya), kemudian keringkanlah dan tempelkan pada kertas (herbarium), catatlah nama, tempat ditemukan, tanggal pengambilan, dan nama pengumpul. Selanjutnya jadikanlah sebagai hiasan atau dekorasi di kelasmu!
·         Buatlah gambar-gambar daun dengan menggunakan daun-daun yang telah gugur!
·         Lihat dan telitilah ulat dalam membuat pembungkus pupa! Catatlah perubahan warna yang terjadi!
Setiap musim yang ada di negara kita (hujan dan kemarau) mempunyai karakteristik khusus dan kadang-kadang sangat unik. Misalnya, untuk jenis bunga tertentu seperti bunga bakung, bunga keluar tatkala musim hujan telah dekat. Musim kemarau banyak ditandai dengan bergugurannya daun pohon tertentu seperti pohon jati. Kurangnya air di musim kemarau, menyebabkan banyak daerah-daerah pertanian yang kekeringan, tumbuhan mati, tanah pertanian (sawah) belah-belah dan sebagainya. Semua kejadian yang berkaitan dengan musim di atas, dapat dijadikan sebagai topik-topik problem solving bagi anak-anak. Dengan membuka dan menjadikan hal-hal tersebut di atas sebagai topik untuk dipelajari, dapat membantu anak didik mengerti permasalahan yang sebenarnya seperti penyebabnya.
Sehingga, diharapkan kesadaran akan terbentuk pada pribadi anak untuk menghargai alam. Kegiatan semacam ini, dapat meningkatkan kesadaran anak untuk melestarikan alam dan mengagumi kebesaran penciptanya.

b. Tema difokuskan pada karakteristik tempat kegiatan
Banyak pendekatan realistik dengan menjadikan alam sekitar sebagai laboratorium belajar. Salah satunya adalah dengan mempertimbangkan masalah geologi dan biologi tempat kegiatan belajar dilaksanakan. Beberapa contoh dari kegiatan ini disarankan sebagai berikut:
1) Kegiatan yang berkaitan dengan bukit atau lembah.
Apabila keadaan geografis lokal berupa perbukitan dan lembah, bermacammacam investigasi dapat terkait kepada belajar tentang mengapa keadaan geologi seperti itu ditemukan atau bisa terjadi. Dalam keadaan seperti itu, guru membimbing anak-anak untuk memperoleh pengalaman belajar, menstimulus mereka untuk mengajukan pertanyaan tentang apa-apa yang merupakan ciri khas dari lingkungan tersebut. Hal itu akan sangat penting untuk mengetahui beberapa hal yang erat kaitannya dengan sejarah geologi tempat kegiatan investigasi dilaksanakan.
Dapatkah kamu mencari jawabannya!
·         Apa yang dimaksud dengan lapisan tanah atas? Berapa lama kira-kira waktu yang diperlukan untuk proses terbentuknya lapisan tanah atas?
·         Apa yang dimaksud dengan lapisan tanah bawah? Dari bahan apa lapisan tanah tersebut tersusun?
·         Apa yang menyebabkan terjadinya erosi?
·         Jelaskan bagaimana manusia tergantung kepada lapisan tanah atas?
·         Berapa banyak lapisan tanah atas hilang karena erosi dan oleh perbuatan manusia?

2) Kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan hewan.
Di dalam ekosistem banyak ditemukan macam-macam hewan yang dapat diobservasi langsung atau tidak langsung (melalui tanda-tanda yang ada seperti sarang atau rumahnya). Perhatian ! jangan sampai mengganggu kehidupan alami dari hewan-hewan yang ada, menghargai kehidupan makhluk hiudp yang ada di dalam lingkungan (tempat) belajar dan sekitarnya merupakan kunci utama yang harus ditanamkan di dalam mengunjungi tempat-tempat di alam sekitar.
Kegiatan yang perlu dikerjakan :
·         Carilah macam-macam jejak atau bekas telapak kaki binatang, gambarlah bekas jejak atau telapak binatang itu dan cobalah untuk mengidentifikasi macam atau nama binatang yang meninggalkan jejak tersebut!
·         Carilah sarang atau rumah binatang seperti tikus, musang, tupai, burung dan sebagainya!
·         Cari dan perhatikanlah tanda-tanda atau ciri-ciri lain yang menunjukkan adanya kehidupan binatang, misal: bulu, kotoran, rambut, tulang dan atau suara-suara binatang!
·         Apa yang dilakukan binatang di tempat itu dalam mencari makanannya? Carilah cangkang buah/biji bekas makanan hewan dan carilah bekas galian tanah yang dilakukan oleh binatang dalam mencari makanan!
·         Buatlah daftar hewan beserta macam makanannya.
Dapatkah kamu menemukan!
·         Hewan mamalia apa yang paling banyak hidup di sekitar daerah itu?
·         Pada daerah-daerah mana binatang itu hidup? Cara apa yang dilakukan untuk mendapatkan makanannya? Bagaimana perubahan kehidupannya sepanjang tahun?
·         Bagaimana caranya agar hewan-hewan di daerah itu tetap keberadaannya?
·         Apakah ada hukum atau peraturan-peraturan pemerintah untuk melindungi hewan-hewan tersebut?
·         Di dalam hal apa hewan-hewan yang ada di daerah itu menguntungkan bagi manusia?
·         Apakah diantara hewan-hewan di tempat itu ada yang termasuk daftar spesies yang dilindungi?
3) Kegiatan yang berkaitan dengan astronomi
Kegiatan ini merupakan kegiatan menarik sehubungan dengan bintang dan planet. Anak-anak akan belajar dengan senang, karena dapat mengobservasi langit yang cerah di malam hari, pada waktu-waktu tertentu sepanjang tahun.
Kegiatan yang perlu dikerjakan:
·         Buatlah peta bintang supaya kamu bisa mengenal bintang-bintang di langit!
·         Bacalah sejarah tentang penemuan rasi bintang!
·         Buatlah gambar fase-fase bulan yang terjadi dalam satu bulan!
Dapatkah kamu menemukan:
·         Bagaimana astronomi dapat dibedakan dari astrologi?
·         Konstelasi bintang apa yang akan kamu lihat dari tempat kamu melakukan kegiatan?
·         Akankah bulan terlihat atau muncul selama kamu berada ditempat itu? Fasefase bulan apa yang akan kamu lihat?
·         Apakah bintang berekor muncul pada tahun ini? Bagaimana kamu bisa membedakan planet Venus dengan bintang?
4) Kegiatan yang berkaitan degan batuan fosil.
Batuan yang berbeda dari sifat-sifat batuan pada umumnya seperti dalam hal warna, bentuk maupun kekerasannya akan banyak ditemukan. Hal itu semua akan menarik minat anak-anak untuk mempelajarinya. Berburu fosil memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk membuka misteri tentang sejarah masa silam.
Kegiatan yang perlu dikerjakan:
·         Carilah batuan yang mempunyai sifat-sifat berbeda dari batuan-batuan pada umumnya!
·         Gunakanlah kaca pembesar untuk melihat struktur kristal yang ada di dalam batuan tersebut!

Related Posts: